Showing posts with label sastra. Show all posts
Showing posts with label sastra. Show all posts

Sunday, December 7, 2014

BATASAN DAN FUNGSI KRITIK SASTRA


A.  Batasan kritik Sastra
Istilah kritik sastra mempunyai sejarah yang panjang. Istilah itu telah dikenal pada sekitar 500 Sebelum masehi. Kata kritik berasal dari Krinein, bahasa Yunani, yang berarti menghakimi”, “membanding’, atau ‘menimbang’.   Kata  krenien menjadi pangkal atau asal kata kreterion yang berarti dasar, pertimbangan, penghakiman. Orang ynag melakukannya disebut krites ynag berarti hakim
Kegiatan Kritik sastra yang pertama dilakukan oleh bangsa Yunani yang bernama Xenophanes dan Heraditus.

Buku tentang kritik sastra pertama dan lengkap, yang dapat dipandang sebagai sumber pengertian kritik modern merupakan buah tangan Julius Caesar Scaliger (1484-1585).
Di Indonesia, istilah maupun pengertian kritik sastra baru dikenal setelah para sastrawan memperoleh atau mendapatkan pendidikan dari atau di negara Barat sekitar awal abad kedua puluh. Walaupun sudah ada semacam kritik sastra, tetapi belum ada teori atau kerangka acuan yang digunakan
Jenis Kritik Sastra
kritik sastra dilihat dari segi pendekatan atau metode kritik, kritik sastra dapat dibagi atas dua jenis:
1.                  Kritik Sastra Penilaian (Judicial Criticism)
2.                  Kritik Sastra Induktif (Inductiv Criticism)
Di samping kedua pembagian itu, masih ditemui pembagian yang lain yang sifatnya merupakan pemerincian dari kritik sastra penilaian (Judicial Criticism),yaitu sebagai berikut:
1.               Kritik Sastra Ilmiah (Scientific Criticism),
2.               Kritik Sastra Estetis (Aesthetic Criticism),
3.               Kritik Sastra Sosial (Sosiological Criticism)

Berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra, kritik itu dapat digolongkan kedalam empat jenis (Abrams;1980) yaitu:

1.    Kritik Mimetik (Mimetic Criticism), yaitu kritik yang bertolak pada pandangan bahwa karya sastra merupakan suatu tiruan atau penggambaan dunia dan kehidupan manusia.
2.    Kritik Pragmatik (Pragmatic Criticism), yaitu suatu kritik yang disusun berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra itu disusun untuk mencapai efek-efek tertentu kepada pembacanya.
3.    Kritik Ekspresi, yaitu kritik sastra yang menekankan telaahan kepada kebolehan pengarang dalam mengekspresikan atau mencurahkan idenya ke dalam wujud sastra.
4.    Kritik Objektif, yaitu kritik sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karya adalaha karya yang mandiri. Ia tidak perlu dilihat dari segi pengarang,pembaca atau dunia sekitarnya.



berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang hendak dicapai kritik adalah:
1.    Pertimabangan atau penjelasan tentang karya sastra serta prinsip-prinsip terpenting tentang karya tersebut kepada penikmat yang kurang dapat memahaminya
2.    Menerangkan seni imajinatif sehingga mampu memberikan jawaban terhadap hal-hal yang dipetanyakan pembaca.
3.    Membuat aturan-aturan untuk para pengarang dan mengatur selera pembacanya.
4.    Menginterpretasikan suatu karya sastra terhadap pembaca yang tidak mampu memberikan apresiasi.
5.    Memberikan keputusan atau pertimbangan dengan ukuran penilaian yang telah ditetapkan.
6.    Menemukan dan mendapatkan asas yang dapat menerangkan dasar-dasar seni yang baik.

Kritik sastra juga dibagi berdasarkan tipe sejarah sastra dan kritik sastra, yaitu sebagai berikut:
1. Impressionistic
2. Kesejarahan
3. Textual
4. Formal
5. Yudisial
6. Analitik
7. Moral
8. Mistik
kritik sastra pun menghendaki adanya ketiga aspek seperti yang sudah dikemukakan tegasnya, kritik sastra memiliki tiga aspek pula, yaitu:
1. Aspek kesejarahan
2. Aspek rekreasi
3. Aspek kadar artistik dan suatu karya sastra.


B.  Kedudukan dan Fungsi Kritik sastra

Fungsi atau kegunaan kritik sastra itu adalah sebagai berikut:
1. Untuk pembinaan dan pengembangan sastra
Fungsi utama kritik sastra adalah memelihara, menyelamatkan serta mengembangkanpengalaman manusiawi yang berwujud sebagai karya seni yang bernama sastra. Fungsi ini jauh lebih penting dari hanya membuat kategori-kategori yang biasa dilakukan, meskipun kategori-kategori itu juga berfaedah.
2. Untuk pembinaan kebudayaan dan apresiasi seni
Kritik sastra berfungsi pula untuk membina tradisi kebudayaan, membentuk suatu tempat berpijak cita rasa yang benar, melatih kesadaran, dan secara sadar pula mengarahkan pembaca kepada oembinaan pengertian tentang makna dan nilai kehidupan.
3. Untuk menunjang ilmu sastra
Kritik sastra berguna pula untuk pembinaan dan pengembangan ilmu sastra. Kritik sastra merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa, teknik pencitraan, dan sebagainya.

BAB II
UKURAN DALAM KRITIK SASTRA
A.  Ukuran atau Sasaran Kritik
Kritik sastra tidak hanya berupa penikmatan, tetapi juga berupa penilaian, berupa penghakiman. Dalam hal itu, amat diperlukan adanya rambu-rambu adanya prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pegangan. Tentu saja prinsip-prinsip itu harus dinamis, bukan prinsip yang berlaku sepanjang zaman, karena sistem nilai itu juga sering berubah menurut waktu dan tempat.
Kritik sastra dengan ukuran dan prinsip-prinsip yang baik, mampu menunjukan nilai suatu karya sastra tersebut, serta mampu meniadakan persoalan yang rumit dan sulit yang terdapat dalam suatu karya sastra. Sehingga memungkinkan suatu karya sastra yang pada mulanya dianggap tidak bernilai, bisa mendapat sambutan yang ramah.
Dalam ukuran karya sastra ada yang disebut semacam ukuran perorangan, yang terbatas pada kesengan pembaca sendiri setelah membaca karya sastra tersebut. Selain itu, ada ukuran penilaian, yaitu ukuran yang mudah dipahami. Bila penilaian suatu karya sastra berdasarkan penilaian kesenangan dan kemudahan memahami, tema cerita yang berada diluar pengetahuan dan pengalaman, dan berdasarkan kepada tema cerita yang sudah dikenal maka penilaian semacam itu dapat di golongkan kepada jenis kritik yang mengikuti teori pragmatis atau teori efektif. Yaitu teori yang berdasarkan pada kesenangan dan kemudahan.
ALIRAN BARU dalam kritik (new criticism) sastra merupakan pendekatan kritik sastra yang menitikberatkan anlisisnya pada segi intrinsik suatu karya sastra dengan mengabaikan segi ekstrinsik. Dalam hal ini para pengeritik meletakkan tumpuan perjatian pada masalah isi dan bentuk karya sastra. Aliran baru ini dinamakan aliran struktural. Yang dikembangkan oleh pengeritik-pengeritik amerika yaitu Jhon Crowe Ransom, dll.
Yang dikaji oleh penganut aliran baru ini adalah segi-segi yang membangun karya sastra, apa yang hanya terdapat di dalam karya sastra, tidak mempersoalkan masalah segi sosial masyarakat, malahan juga tidak diperhatikan siapa yang mengarangnya juga sejarah kelahirannya.
ALIRAN STRUKTURAL muncul. Hal ini terjadi setelah aliran baru luntur. Aliran yang muncul itu bermacam-macam. Kritik sastra mulai membaurkan beberapa macam pendekatan ilmu bahasa dengan ilmu sastra. Aliran strukturalis ini berkembang pesat di Eropah. Aliran ini mendapat kritikan dari aliran kritik marxis. Menurut mereka sastra sastra sebagai unsur supra-struktur masyarakat ditentukan oleh basis ekonomi. Oleh sebab itu, kenyataan ekonomi dan sosial harus di jadikan tolak ukur dalam melakukan kritik sastra.
KECENDERUNGAN BARU dalam kritik sastra muncul, strukturalis mendapat kecaman dari sana sini. Orang mulai mempertimbangkan aspek pembaca, yaitu aspek penerimaan karya sastra yang dilakukan oleh pembaca diperhatikan. Akhirnya dalam pendekatan yang terbaru di usahakan untuk menggabungkan keeempat dimensi sastra, yaitu: objektif, mimetis, ekspresif, dan reseptif .
Bila diperhatikan berbagai karya kritik atau tulisan-tulisan tentang kritik sastra di indonesia mungkin kita dapat mengklarifikasikan beberapa kelompok:
1.    Mereka yang menolak ukuran-ukuran kritik yang muncul dari barat, tetapi ia sendiri belum memiliki pola atau ukuran sendiri.
2.    Mereka yang menggunakan ukuran kritik sastra dari barat.

3.    Mereka yang memakai ukuran barat yang dianggap relevan dengan menggabungkannya dengan ukuran sendiri yang di bentuk dengan pengetahuan teoritis dari pengetahuan  barat.

KRITIK SATRA FEMINIS


Para Penulis wanita dan pembaca wanita selalu bekerja melawan hakikatnya sendiri. Aristoteles mengatakan “Wanita adalah wanita berdasarkan atas kekurangan mereka terhadap kualitas-kualitas tertentu”, dan St. Thomas Aquinas yakin bahwa wanita adalah “laiki-laki yang tidak sempurna”.
1.    Masalah Teori Feminis
Sebenarnya beberara pemikir feminis sama sekali enggan menerima teori-teori ini. Misalnya teori Freud di kecam karena seksimenya yang mencolok mata, asumsi mereka bahwa seksualitas wanita di bentuk oleh kecemburuan zakar. Simone de Bevour, dalam The Secon Text, menetapkan dengan sangat jelas masalah dasar feminisme modern, dengan anggapan wanita suka mencoba membatasi dirinya sendiri. Bevour juga menyatakan bahwa wanita telah dibuat lebih rendah dan tekanan ini menjadi belipat ganda oleh keyakinan para lelaki bahwa wanita adalh lebi rendah menurut kodratnya. Gagasan tersebut sedikitnya ada lima perbedaan yang membedakan antara wanita dan laki-laki, yaitu : biologi, pengalaman , wacana, ketaksadaran, serta kondisi sosial dan ekonomi.

2.    Katte Millet dan Michele Barret dala Feminisme Politis
Suatu tingkatan penting dalm feminisme modern di capai oleh katte millet dalm bukunya Sexual Plitics (1970). Ia mempergunakan istilah “patriakhi” (Pemerintahan ayah) untuk menguraikan sebab penindasan wanita. Patriakhi meletakan perempuan dibawah laki-laki atau memperlakukan perempuan sebagai lelaki yang inferior. Dalam fasea awalnya feminisme modern tulisan tentang kesusastraan (Katte Millet, Germaine Greer, Marry Elmann) tekananya sangat politis, dalam arti bahwa penulis itu menyatakan perasaan marah atas ketikadilan dan terlibat dalam meningkatkan kesadaran politis perempuan atas laki-laki. Millet memandang dominasi pria sebagai bentuk penindasan kemasyarakatan dan perekonomian yang lain yang sangat utama dan bebas.
Barret memberikan analisis feminis yang bersifat marxis tentaanang penggambaran jenis kelamin. Ideologi jenis kelamin mempengaruhi cara hasil penulisan laki-laki dan perempuan dibaca dan bagaimana hukum kecemerlanagn ditetapkan. Selannjutnya, para kritikus feminis harus memperhitungkan kodrat fiksional teks-eks satra dan tidak memerturutkan moralisme yang merajalela denagn mengutuk semua penulis pria yang memamerkan seksismenya dalam buku mereka dan bersetju dengan parapenulis wanita untuk mengangkat persoalan jenis kelamin. Hal ini, mempengaruhi kesustraan juga, diantaranya nilai dan konvesi sastra sendiri telah dibentuk oleh laki-laki, dan perempuan sering berjuang untukmengungkapkan urusan sendiri dalam bentuk yang mungkin tidak sesuai. Dan penulis laki-laki menunjukan tulisan kepada para pembacanya seolah semuanya melulu laki-laki.

3.    Tulisan Wanita dan Gynokritik
Karya Elaine Showalter A Literature of their own (1997), mengkaji tentang para novelis wanita inggris sejak brontes dari sudut pandang pengalaman wanita. Ia beranggapan bahwa tidak ada seksualitas atau imajinasi wanita yang berpembawaan halus atau pasti, karena itu, ada perbedaan mendalam antara hasil tulisan perempuan dengan laki-laki dan bahwa seluruh tradisi penulisan itu telah dilupakan oleh para kritikus pria: “ benua tradisi yang hilang telah timbul seperti benua atlantis dari kesusastraan inggris. Ia membagi ke dalam 3 fase:
a.       Fase “feminim” , 1840-1880 termasuk Elizabet Gskel dan George Eliot. Para penulis wanita meniru dan menghayati standar estetika pria yang dominan, yang menghendaki para penulis tetap sebagai wanita terhormat.
b.      Fase “feminis”, 1880-1920, meliputi para penulis seperti Elizabeth Robins dan Olive Schereinerkal pada periode ini men Kaum femins radikal pada periode ini menganjurkan utopi separatis Amozonian dan persahabtanwanita yang berhak memilih.
c.       Fase “wanita” 1920, seperti Rebbeca West, Katherin Mansfield, dan Dorothy Richardsonn. Mewarisi fasfase sebelumnya dan memperkembangkan ide tentang kekhususan wanita dan pengalamanya.

4.    Teori Kritk Feminis Perancis

Sejumlah Feminis Perancis termasuk Chantal Cawaf, Xaviere Gauthier,  Luce Irigarey telah menyatakan bahwa seksualitas wanita merupakan sesuatu yang rendah (subteranian) dan tak diketahui, Esai Helene Cixous , “The Laught of the Medusa” merupakan suatu manifesto yang terkenal tulisan wanita yang menyeru wanita untuk meletakan tubuh mereka kedalam tulisan-tulisanya. Sementara Virgina Wolf meninggalkan perjuangan membicarakan tubuh wanita, Cixous secara sungguh-sungguh menulis tentang ketaksadran wanita yang padat, “Tulislah dirimu sendiri”, tubuhmu harus menjadi pusat. Hanya dengan demikian sumber-sumber ketaksadran yang berlimpah akan terpancar keluar. Tidak ada pikiran wanita yang universal; sebaliknya imajinasi wanita tak terbatas dan indah.

Friday, November 28, 2014

Teori Marxisme dan Alirannya

TEORI MARXIS
Kritik Sastra Marxis memiliki sejarah yang paling panjang. Marx membuat pernyataan-pernyataan umum yang penting di masyarakat pada tahun 1840-an. ada dua teori yang bisa dijadikan titik tolak ke mana arah teori Marxis ini akan menuju;
Pertama, Para filosof hanya menafsirkan dunia ini dengan berbagai cara; Maksudnya untuk  mengubahnya.
Kedua, itu bukanlah kesadaran orang-orang yang menentukan keberadaanya, tetapi sebaliknya, keberadaan sosial mereka yang menentukan kesadaran mereka.
Filsafat marxis cenderung berusaha meletakkan pikiran manusia ke dalam dua roda gerigi yang saling berlawanan, pertama Filsafat itu hanya sebuah hayalan dan perenungan, sekarang sudah saatnya mewijudkannya dalam realita kehidupan. Kedua, Hegal dan pengikutnya telah mengajak kita bahwa dunia itu dikuasai oleh pikiran, hukum-hukum alam merupakan realitas dari hukum akal yang dialektis bertingkat, keberadaan material itu ekspresi sesensi kejiwaan yang immaterial.
Pemikiran marx pada intinya menyatakan bahwa pemikiran tentang agama, ideologi, moral dan sebagainya merupakan hasil cipta budi manusia itu sendiri, bukan ciptaan dewa atau dzat yang maha tinggi lainnya.
Dalam pemikiran mereka yang lebih kasar dituturkan dengan lebih mekanis (bekerja seperti mesin) misalkan dalam ideologi Jerman (1846) membicarakan bahwa moralitas agama dan filsafat sebagai momok-momok yang dibentuk dalam otak manusia, yang merupakan refleks-refleks dan gema-gema dari dunia nyata.
Sebaliknya ia mengatakan bahwa aspek aspek ekonomilah yang sebenarnya menentukan akhir aspek-aspek laninyam mereka juga mengenal bahwa, seni, filsafat dan yang lainnya secara relatif otonom, dan memiliki kecakapan bebas untuk mengubah keadaan manusia.
Novel-novel yang tumbuh pada masa marxisme digolongkan ke dalam karya bidang ideologis, sebab pada masa itu terjadi pergolakan ideologis (tentunya warna karyanya pun menjadi penuh dengan ideologi yang berkecamuk pada masa itu).
A.       REALISME SOSIALIS SOVIET
Doktrin-doktrin yang ditulis oleh persatuan penulis Soviet (1932-1934) merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan Lenin sebelum Revolusi, isinya berbicara tentang masalah masalah utama tertentu tentang evolusi kesusastraan, cerminan hubungan kelas-kelasnya, dan fungsinya dalam masyarakat.
Kombinasi antara estetika abad ke-19 dan politk revolusioner tetap menjadi komposisi utama teori Soviet ini.
B.       GEORG LUKACS
Georg Luckacs merupakan salah seoran tokok kritukus Marxis besar, karnyanya tidak dapat dipisahkan dari Realisme Sosialis ortodoks. Pandangannya adalah pandangan marxsis dalam penekanannya pada hakikatg material dan sejarah struktur masyarakat.
Lukacs menggunakan istilah “refleksi” yang menjadi ciri dari seluruh karyanya, dengan menolak pandangan naturalisme ia kembali ke pandangan realis lama bahwa novel mencerminkan realitas, tidak hanya melukiskan wajah yang tampak dari permukaan tetapi menggambarkan pencerminan realitas yang lebih benar, lebih hidup, lebih dinamaik dan lebih lengkap. Mencerminkan adalah menyusun sebuah setruktur mental yang diubah menjadi kata-kata.
Karya sastra menurutnya bukan memceritakan kehidupan seseorang yang terasing dari lingkungan sekitarnya, namun menggambarkan proses hidup secara penuh.
Pandangannya ini meruntuhkan  naturalisme dan moderisme dalam waktu yang sama.
C.       BERTOLD BRECHT
Drama-drama Brecht itu radikal , anarkistik, dan anti-Borjuis , tetapi tidak anti kapitalis. Setelah membaca Marx sekitar tahun 1925 pemberontakan remajanya berubah menjadi ketertarikannya terhadap dunia politk tapi ia tidak sampai jadi seorang politisi. Pada sekitar  tahun 1930 ia menulis Lehrstrucke, drama-drama dialektik yang ditujukan untuk para kelas pekerja, tetapi ia tetpaksa meninggalkan Jerman ketika NAZI mulai berkuasa 1933, ia banyak menulis drama-drama utamanya dipengasingan, hingga akhirnya ia didrop di Jerman Timur mulai tahun 1949, di sana ia menghadapi kesulitan hidup karena berhadapan dengan Stalin.
Aliran Drama Brecht sangat bertentangan dengan Poetica Aristotelas yang mengharuskan adanya universalitas, kesatuan aksi tragik, dan menghasilakan penokohan pahlawan yang menghasilkan empati dan akhirnya masuk ke dalam  katarsis perasaan. Ia berpendapat Dramawan haruslah menghindari alur yang dihubungkan secara lancar dan sesuai arti yang tak terletakkan atau keuniversalan. Fakta-fakta keadailan perlu dihadirkan seolah-olah hal itu semua merupakan ketidak wajaran yang terjadi secara mengejutkan, seperti : menampilkan deklarasi perang yang seolah-olah msemuanya fenomenda alam, gempa bumi, banjir bandang dan lain-lain.
Selain itu acting (gestur) sangat perlu dilakukan dalam drama.
Selain itu dia juga percaya bahwa tidak ada hukum estetika yang abadi. Untuk menangkap kekuatan yang hidup, penulis harus memanfaatkan sarana formal yang dapat dimengerti baik yang baru atau yang lama, teorinya bersifat eksperiman dan tidak dogmatik -artinya konsep estetika yang diusung oleh Brecht itu bersifat fleksibel. pen.-
D.       ALIRAN FRANKFRUT DAN BENJAMIN
Aliran Franfrut sama sekali menolak aliran realisme, mereka memandang sistem sosial dalam mode Hegel menggambarkan semua aspek dalam totalitas yang menampilkan semua aspek dalam esensi yang sama. Analisis mereka sudah banyak dipengaruhi oleh paham Fasisme yang telah mengguruta pada waktu itu.
Salah seorang tokoh Aliran Franfrut bernama Adorno mengkritik Realisme Lucaks ia mengatakan bahwa seni itu terpisah dari realitas, keterpisahannya memberikan makna dan kekuatan khusus bagi karya sastra tersebut.
Aliran Franfrut sangat berkaitan dengan aliran Benjamin yang digagas oleh Walter Benjamin, pertemaun singkatnya degan Adorno menjadi salah satu alasan keterkatan kuat kedua aliran ini.dalam esainya yang berjudul “Karya Seni dalam abad Reproduksi Mekanis”, menggambarkan pengaruh dari adanya media komunikasi modern seperti televisi dan radio telah memisahkan seni dan ritualnya dan membukanya untuk menjadi alat politik, sedangkan Adorno hanya memandang pada fase ini seni sudah direndahkan oleh kemersialisasi.
Dengan kata lain menurut Benjamin bahwa para penulislah yang seharusnya menguasai industri perfilman untuk menjauhkan fungsi seni yang disalah gunakan itu.
E.       MARXISME “STRUKTURALIS”
Kehidupan sosial pada 1960-an telah banyak dipengaruhi oleh strukturalisme, namun kritik sastra marxis tidaklah dipengaruhi oleha liran pemikiran ini. Namun kedua tradisi ini percaya bahwa individual-individual tidak dapat dipahami berpisah dengan keberadaan masyarakatnya.
Perbedaannya terletak pada;  Marxis percaya individual merupakan pendukung posisi-posisi dalam sistem masyarakat, bukan agen-agen bebas. Sedangkan strukturalis percaya, sesuai dengan namanya-srtuktur- perilaku dan ucapan idndividu berkaitan artinya dengan sistem tanda yang mendasariny, bagaimanapun juga kaum strukturalis menganggap bahwa striktur-struktur yang mendasari ini sebagai sistem yang abadi dan mengatur dirinya sendiri, tapi Marxis memandangnya sebagai historis, dapat berubah dan akan banyak mengalami banyak pertentangan.
F.        PERKEMBANGAN MUTAKHIR: EAGLETON DAN JAMESON
Teori Marxis di Amrika banyak dipengaruhi oleh pemikiran filsafat Hegel aliran Frankfrut, karena Iklim politik yang kurang bersahabat karya-karya yang tersebar di sana hanya karya Adorno dan Arkhimer. Teori smarxsis terus menyebar ke banyak negara di Eropa, banyak para tokoh tokohnya, dan salah satu di antara mereka adalah, Terty Eaglaton ia menulis sebuah karya berjudul : Kritik Sastra dan Ideologi (1972), didasarkan pad Althusser dan Macerey yang anti Hegel-Maxis, selain itu ada juga tikoh bernama Jameson yang menulis sebuah karya berjudul : dalam ketidak sadaran Politik (1981).
Salah satu karya Eaglaton memberikan kritik sastra yang berasal dari semangat F.R Leavis dan Raymond Wiliams, serang Marxis Inggris yang punya afiliasai kuat dengan Marxis baru. Ia memeriksa potensi potensi sosialis yang human dari perhubungannya dengan masyarakat Industri. Konsep Konsep kunci Eaglaton ini adalah, Keseluruhan cara hidup dan struktur perasaan, keduanya menyarankan keengganan untuk membedakan secera teoretis diantara pengalaman subjektif dengan dengan kondisi masyarakat objektif.
Eaglaton seperti Althusser menuntut bahwa kritik sastra harus terpisah dengan masa pra-sejarah yang bersifat ideologi dan menjadi ilmu pengetahuan. Masalah utamanay yang lain adalah masalah mendefinisaikan hubungan antara kesusastraan dan ideologi, kara dalam pandangannya teks tidak mencerminkan kenyataan sejarah tetaoi merupakan karya terhadap ideologi untuk menghasilkan suatu efek yang nyata itu.
Tokoh aliran Frankfrut lain di Amerika adalah Fredrick Jameson, pemikirannya banyak sekali dipengauhi oleh Eagleton, pada tahu 1971 ia menerbitkan karya yang berjudul Marxisme dan Bentuk, dalam kajiannya ia menghadirkan suatu kritik sastra dialektis. Dia percaya dalam dunia monopoli kapitalisme ini yang mampu bertahan adalah jenis yang marxisme yang mengeksporasi tema-tema besar Filsafat Hegel.

Kritik sastra dialektis akan berusaha membuka kedok bentuk alam sebuah genreatau tubuh-tubuh teks dan akan bekerja dari permukaan sebuah sastra dan masuk ke dalam sebuah tingkat dimana bentuk sastra secara mendalam dihungung dihubungkan dengan realita yang konkret., Jamerson berpendapat bahwa kategori pengalaman yang dominan dalam novel adalah proses penulisan itu sendiri.

Friday, November 21, 2014

Resume Buku Putu Arya Tirtawirya”Apreasiasi Puisi dan Prosa

Resume Buku Putu Arya Tirtawirya”Apreasiasi Puisi dan Prosa”

Bagian pertama: Puisi

1.      PUISI LAWAN KATANYA BUKAN PROSA TAPI ILMU
PROSA LAWAN KATANYA BUKAN PUISI TAPI SAJAK

Sajak adalah puisi tetapi puisi belum tentu dia itu adalah puisi.puisi mungkin saja terdapat pada prosa seperti cerpen, novel atau esay.
            Suatu pengungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat, dimana kata-kata condong pada artinya yang konotatif, itulah yang sebenarnya yang dimaksud dengan puisi.
Menurut Alexis De Tocqueville puisi ialah hal mencari dan melukiskan “yang diidamkan” (the ideal). Dengan demikian puisi bukanlah melukiskan kebenaran, melainkan memuja kebenaran  dan “memberi jiwa” suatu gambaran yang lebih indah. Sajak yang dianggap sebagai keindahan bahasa yang sempurna yang amat puitis. Tetapi sajak itu sendiri bukanlah puisi.
            Prosa pada dasarnya menyodorkan suatu cara pengungkapan yang explisit, mengurai atau menjelas terangkan segala sesuatunya. Gamblang meskipun sama-sama menerapkan pengungkapan secara explisit, antara prosa dan penulisa ilmiah terdapat perbedaan dari segi penerapan keindahan bahasa.
            Dalam puisi kita berhadapan dengan dengan suatu pengungkapan yang menyirat, sedangkan dalam sajak kita tidak hanya berhadapan dengan pengunngkapan yang menyirat saja tapi menghadapi “materi isi” atau “subject matter” yang tersirat.
            Apakah sajak itu ? tidak ada satu definisi yang mampu menjawabnya dengan sempurna, kecuali jawaban penyair Boris Pasternak dalam sajaknya yang berjudul
 batasan sajak.
Sajak adalah siul melingking curam
Sajak adalah gemertak kerucut salju beku
Sajak adalah daun-daun menges sepanjang malam
Sajak adalah dua ekor burung malam menyanyikan duel
Sajak adalah manis kacang kapri mencekik mati
Sajak adalah air mata dunia diatas bahu.


2.      SAJAK MENGUNDANG ASOSIASI BUKAN INTERPRETASI

“seorang kritikus “ kata H.B jassin “adalh seorang manusia biasa yang pernah juga berbuat kekeliruan .” dan kekeliruan seorang kritkus sastra adalah keliru bersikap sewaktu menghadapi sebuah sajak. Dalam menghadapi sajak yang bagus (sempurna) atau sajak yang jelek sikapnya sama masing-masing dianggapnya sebagai obyek. Padahal sajak yang bagus, sempurna, tidak mengandung cacat apapun sungguhnya sajak itu bukan sebuah obyek melainkan sebuah subyek. Sebuah subyek yang mengundang asosiasi pembaca bukan interpretasi kita. Dengan kata lain kita harus memberbaurkan diri, meluluhkan diri padanya, bukan lantas kita mengadakan jarak terhadapnya.
            Sebuah sajak pada hakekatnya mengundang kita untuk berasosiasi tidak berinterpretasi bertafsir-tafsir. Oleh karena itulah metode ganzheit (kesan keseluruhan) tepat digunakan dalam suatu penilaian. Khusus untuk menghadapi sajak-sajak yang memiliki cacat.

3.      ARTI KOMUNIKASI DALAM SAJAK
            Kalau kita selidiki mengapa terdapat perbedaan dalam proses penulisan prosa dan puisi, akan kita temui dua buah factor dominan yang masing-masing berdiri sendiri. Faktor pikiran mempunyai andil paling besar dibidang prosa sedangkan, sedangkan factor perasaan dibidang puisi.
            Para penyair yang masyhur didunia kebanyakan memiliki otak yang cemerlang
Dalam filsafat misalnya satre, camus, gide, iwan simatupang dan subagio sastrowardojo. Dengan demikian arti komunikasi dalam prosa adalah tidak terlepas kaitanya dengan pemikiran-pemikiran yang matang atas hidup dan kehidupan manusia sejagat. Menghadapi kata penyair tidak lantas berasosiasi pada kalimat, tapi asosiasinya menjurus pada pengalaman, emosi dan cita. Dalam proses pembuatan sebuah sajak penyair tidak menyadari adanya jarak diantara dirinya dengan pembaca.
            Memang tidak semua orang bias menikmati sajak, diperlukan apresiasi terlebih dulu. Beda dengan prosa, komunikasi dalam sajak bersifat tertutup, artinya diperlukan kesedian orang lain selaku pembaca untuk membuka kamar penuh rahasia tersebut suatu kesedian yang tidak kepalang tanggung. Tiada rahasia yang lebih pelik daripada pribadi manusia dan seorang penyair melangkah kearah perekaman kenyataan tersebut kedalam sebuah sajak.
4.      BOBOT DALAM PUISI
Bobot adalah pencerminan dari kedewasaan atau kematangan seseorang selaku penyair. Dan lebih jauh lagi merupakan pencerminan dari perkembangan kreativitas dalam kurun waktu tertentu.
Berbobot tidaknya puisi anda, seperti ujar penyair rainer maria rilke,tidak mungkin ditentukan oleh orang lain selain diri anda sendiri.
5.      RAHASIA PUISI
Bentuk kesusastraan yang paling tua dalam peradaban manusia adalh puisi. Dan bentuk paling agung yang tiasa diliputi kabut rahasia dalam kesusastraan dunia adalah puisi.
Berpuisi adalah kebaruan cara pengungkapan apa yng mesti diungkapkan dalam puisi tidaklah sesuatu yang sepele.
6.      SEBUAH SAJAKADALH SEBUAH LUKISAN TAPI KATA BUKANLAH CAT
Kata chairil anwar : sebuah sajak adalah sebuah lukisan dalam arti bahwa sajak tidak mungkin diuraikan atau dijelaskan apa maksud artinya.
            Yang esensial dalam puisi adalah kebaruan cara pengungkapan, kata penyair subagio sastrowawrdoyo, salah seorang penyair yang yang menaruh kepercayaa kepada makna yang terkandung dalam kata. Apa-apa yang patut diungkapkan dalam puisi, menurut Goenawan mohamad kita sebut tenaga puisi. Dan dengan apa ia kita ungkapkan serta dengan cara bagaimana (sesuai dengan estetika), semunya ini disebut kekuatan sajak(menyangkut segi bentuk).Sebuah sajak adalah sebuah lukisan.
7.      SIMBOLISME
Meskipun sama-sama menggunakan kata tapi ada perbedaan antara penyair dan pengarang. Yaitu dalam sikap menghadapi kata itu sendiri. Dalam puisi seorang penyair condong memperlakukan kata menurut sifatnya yang konotatif memiliki arti samingan yang kadang sulit ditebaklantaran duplikat dari pribadi sang penyair.
            Dalam dunia prosa sebalikanya, pengarabg cendrungmeraih kata pada sifatnya yang denotatif,yang tersurat atau arti sebagaimana keterangan dalam kamus.
Seorang penyair membutuhkan suatu alat untuk melapangkan jalan alias landasan buat meluncurkan pikiran maupun perasaanya secara bernas. Alat itu bernama simbol atau perlambang. Dan hasilnya dinamakan simbolik.
            Simbolisme sebagai suatu aliran dalam kesusastraan, dimulai oleh beberapa penyair perancis Mallarme, rimbaud, verlaine dan baude cespleng.
Abdul hadi menulis sebagai berikut:bagi penyair-penyair simbolis seperti Verlaine dan Mallarme puisi harus berkomunikasi kepada pembacanya secara tidak langsung karena puisi bukan percakapan dan sehari-hari.puisi harus sugesif, musical, dan imajinatif. Setiap dalam suatu sajak harus serentak memuat dalam dirinya : imaji, feeling, pemikiran dan perlambangan.
            Kaum simbolis sangat mengutamakan asosiasi-asosiasi yang dapat dicapai dengan pengindraan kita dalam memilih imaji, ditambah dengan pengaruh freud dan jung mengenai dunia sadar.

8.      APAKAH MANTERA ITU TERMASUK CIPTA SASTARA?
Kesusastraan adalah kreasi manusia, sebuah situasi dimana manusia ada dalam kancah pergulatan dengan bahasa. Manusia menciptakan kesenian dengan bahasa sebagai alat dan juga sebagi bahanya.
            Semua kitab suci adalah puisi, tapi kita tidak bisa memasukan kesusastraan lantaran bukan hasil karya manusia.
9.      ANYAMBEMEN
Ayambemen adalah pemenggalan kata dalam baris(larik)untuk kemudian memindahkannya kebaris berikutnya.
10.  DIBELAKANG KEINDAHAN  SEBUAH SAJAK
Ada tiga pilar penopang keindahan sebuah karya seni, kata leo tolstoy yaitu ;
1.bentuk
2. isi
3. kejujuran
11. PUISI TRANSPARAN DAN PRIMATIS
 Golongan puisi transparan atau sering pula disebut diaphan dan golongan puisi primatis. Transparan berarti jernih, bening. Jadi puisi transparan, para pembaca akan mudah untuk meluluhkan diri atau berakrab dengan isi dari sajak yang tengah dihadapi.
            Puisi primatis adalah lawan dari puisi transparan.sesuatu yang berada dibelakang sebuah prisma teramat sukar tertangkap oleh mata.
12.  proses lahirnya sebuah sajak
tema atau isi sebuah sajak tidak jatuh begitu saja dari langit. Seorang penyair yang sejati bakal berusaha penuh konsentrasi lewat bacaan dan latihan serta pendekatanyang mesra terhadapmasyarakat dan alam sekitarnya.
13.  SATURDJI CALZOUM BACHRI, BIR DAN KREATIVITAS

beberapa tahun yang lalu saya brpendapat bahwa Kredo Sutardji Calzoum Bachri dan begitu pula ulahnya berkenaan dengan kemestian minum bir kalau baca sajak hanyalah suatu taktik mencapai popularitas semata.
Kredo Sutardji yang melepaskan beban makna dari kata-kata pada hakekatnya menjungkirbalikkan teori sastra yang konvensiaonal-klasik: bahasa adalah tulang punggung kesusastraan. Atas dasar inilah saya menolak mantera sebagai cipta sastra. Mantera sebagai salah satu unsur yang terdapat efek-efek penulisan sastra, saya terima. Tapi kemutlakannya yang mau tak mau mesti mengkafirkan makna kata dalam sebuah sajak, inilah yang saya tolak mentah-mentah atau apriori.

Bagian  II: PROSA

1.      DAYA PIKAT SEBUAH CERITA PENDEK
Ditinjau dari motif orang membaca, pembaca terbagi dua, ada yang Cuma ingin tahu isi cerita, dan tidak ambil pusing terhadap “style” atau gaya sang pengarang.
Dalam kesusastraan yang menjadi daya pikat pertama adalah nama pengarang. Seorang yang terjun ke dunia karang –mengarang tahap pertama yang ia usahakan mati-matian adalah popularitas namanya sebagai pengarang .
Dalam sebuah cerpen, daya pikat yang pertama teretak pada halaman awal terutama tergantung pada kepandaian pengarang membuka cerita.
2.      ALINEA AWAL DAN AKHIR SEBUAH CERPEN
Seni sastra pada hakekatnya bukan terdiri dari “isi”, tapi “bentuk” pun memegang peranan yang menentuan. Menentukan apakahasebuah cerpen bernilai sastra atau tidak. Isi biarpun elok tapi apabila bentuk gaya bercerit a atau gaya bahasa jelek, maka cerpen tersebut tak urung jadi picisan atau Kitsch. Istilah “kitsch” dipakai untuk membedakan adanya sebuah karangan yang tidak dapat kita golongkan picisan, juga tidak termasuk sastra.
3.       UNSUR CERITRA DALAM CERITRA PENDEK
Tidak semua Ceritra yang pendek bisa diklasifikasikan  cerpen sebuah ciptasastra.
Sebuah cerpen atauh Short-story dalam bahasa Inggris pada dasarnya menuntut, jelasnya mengadakan tuntutan berupa kemestian adanya perwatakan jelas pada tokoh ceritra. Sang tokoh merupakan sentral ide dari ceritra.unsur perwatakan lebih dominan daripada unsur ceiita itu sendiri.
4.      HUMOR DAN PERBANDINGAN DALAM SEBUAH CERPEN
Cerpen sebagai sebuah karya seni, yaitu seni sastra atau kesusastraan tidak bisa dipisahkan antara isi dan bentuknya.
Seorang pengarang yang baik adalah dia itu adalah pelawak. Tapi, pelawak belum tentu pengalaman dalam karang mengarang menempa seorang pengarang untuk menjadi peka terhadap humor, menkmati hmor orang lain maupun menyelipkan humor dalam kalangan sendiri.
5.      SOROT-BALIK (FLASH-BACK)
Pengarang menghadapi dua pilihan. Apakah  akan melukiskan kenangan sang tikoh secara langsung ataukah dengan tidak langsung. jelasnya kalau secara langsung maka pengarang mesti melukiskan peristiwa peristiwa tempohari tersebut secara tiga dimensi. Para pelaku diberi kesempatan bergerak, berdialog sesuai dengan daya ingatakn tokoh yang terkenang tadi.
6.      PERWATAKAN PELAKU CERITRA
Tidak semua cerita yang pendek adalah cerpen, dan yang menjadi ciri khas sebuah cerpen adalah adanya perwatakan pelaku ceritra. Lantaran terbatasnya kesempata bagi pengarang dalam penulisan cerpen, tidak seperti dalam penulisan novel atau lakon drama, menyebabkan segi perwatakan tidak mungkin digarap sempurna. Tapi ini tidaklah berarti bahwa pengarang boleh melalaikannya dalam penulisan sebuah cerpen.
Bentuk cerpen sebagai karya sastra dia berdiri sendiri dengan keunikan-keunikannya sendiri pula.
7.      PLOT
Renek Wellek mengatakan bahwa Plot adalah struktur penceritaan, sedangkan Hudson mengatakan bahwa plot adalah rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita dan dikerjakan oleh pelaku –pelaku sepanjang roman atau novel yang bersangkutan.
8.      RENUNGAN-RENUNGAN DALAM KARYA SASTRA
Pengarang itu ada dua tukang cerita dan sastrawan.
Renungan atas kehidupan merupakan suatu ciri khas yang senantiasa terdapat dalam karya sastra. Ilah sebabnya mengapa cerita-cerita detektif sepanjang sejarah tidak diklasifikasikan hasil kesusastraan. Lantaran pengarang tdak menggeluti renungan kehidupan tersebut.
9.      FUNGSI CATATAN HARIAN DALAM KARANG-MENGARANG
Seorang pelukis yang selalu melakukan ribuan latihan dalam mencoretkan garis dan sapuan catnya, akhirnya ia menemukan kepribadian pada tarikan garis dan sapuan catnya, sehingga kita dapat menerka siapa pelukisnya sewaktu kita menikmati sebuah lukisan. Sedangkan dalam dunia karang mengarang seorang penyair, yang ingin meningkatkan karyanya yaitu dengan banyak laithan melalui buku catatan hariannya.
Yang dimaksud dengan renungan kehidupan ialah pengalaman pengarang,  hasil perenungan dirinya berkat pengalaman tadi yang ia nukilkan dalam cerita yang dirtulisnya yang nantinya akan memperkaya batin pembaca.
10.  KRITIK DAN ESAI
Dua bidang penulisan yang  karena dekatnya berdampingan satu dengan yang lain menyebabkan tidak sedikit rang awam terkecoh. Yaitu bentuk Kritik dan Esai.
Esai dapat kita klasifikasikan menjadi dua bagian: yang objektif dan yang subjektif. Yang pertama se disering diberi predikat “sebuah studi” dan satunya lagi disebut “Sebuah esai kecil”.
            Sebuah tulisan dapat disebut esai apabila krangan itu  dituliskan tidak secara acak-acakan, gaya bahasa dan cara pengungkapannya memikat hati.
11.  CERITA PICISAN, POPULER DAN SASTRA
Cerpen, drama dan novel adalah bentuk-bentuk karangan yang bermodalkan cerita, yang merupakan akibat dari sikap pengarangnya dalam merangkumkannya maka kita dapat membagi menjadi tiga kategori: yang picisan, yang popular dan yang sastra.
Cerita yang bernlai sastra, tidak selamnya diberati oleh filsafat, psikologi.
12.  SASTRA DAN JURNALISTIK
Sastra dan jurnalistik adalah dua bidang penulisan yang berbeda, masing-masing bidang tersebut membutuhkan kemampuan tersendiri dari seorang yang berkecimpung di dalamnya.
13.  NOVEL DAN ROMAN
Istilah roman mulanya sejak zaman penjajahan belanda istilah tersebut digunakan orang sebagai terjemahan dari istilah asing yaitu Novel.penggunaan kata roman semakin tersisih oleh kata novel yang lebih populer.
            Konon pada sebuah roman terdapat lebih banyak pelaku erita tinimbang novel.
14.  PROSES RAMPUNGNYA SEBUAH CERPEN

Mengapa rijono pratikto dapat menyelesaikan cerpennya sambil mengobrol dengan teman-temannya yang datang bertamu? Saya kira lantaran rijono tidak bertolak titik pada mood  tapi dari kerangka cerita di mana bahan-bahan cerita sudah dicerna sebelumnya jadi tinggal menuangkanya dalam tulisan. Dengan demikian konsentrsi tidak pegang peranan yang  menentukan, cukup daya ingat yang cemerlang.
Posting Lama ►
 
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Copyright 2013 INDAHNYA DALAM BERBAGI..: sastra Template by CB Blogger Template. Powered by Blogger