A. Batasan
kritik Sastra
Istilah kritik sastra
mempunyai sejarah yang panjang. Istilah itu telah dikenal pada sekitar 500
Sebelum masehi. Kata kritik berasal dari Krinein, bahasa Yunani, yang
berarti “menghakimi”, “membanding’’, atau
‘menimbang’. Kata krenien menjadi pangkal atau asal kata kreterion
yang berarti dasar, pertimbangan, penghakiman. Orang ynag melakukannya disebut krites
ynag berarti hakim
Kegiatan Kritik sastra yang pertama dilakukan
oleh bangsa Yunani yang bernama Xenophanes dan Heraditus.
Buku tentang kritik
sastra pertama dan lengkap, yang dapat dipandang sebagai sumber pengertian
kritik modern merupakan buah tangan Julius Caesar Scaliger (1484-1585).
Di Indonesia, istilah maupun pengertian kritik
sastra baru dikenal setelah para sastrawan memperoleh atau mendapatkan
pendidikan dari atau di negara Barat sekitar awal abad kedua puluh. Walaupun
sudah ada semacam kritik sastra, tetapi belum ada teori atau kerangka acuan
yang digunakan
Jenis Kritik
Sastra
kritik
sastra dilihat dari segi pendekatan atau metode kritik, kritik sastra dapat
dibagi atas dua jenis:
1.
Kritik
Sastra Penilaian (Judicial Criticism)
2.
Kritik
Sastra Induktif (Inductiv Criticism)
Di
samping kedua pembagian itu, masih ditemui pembagian yang lain yang sifatnya
merupakan pemerincian dari kritik sastra penilaian (Judicial Criticism),yaitu
sebagai berikut:
1.
Kritik
Sastra Ilmiah (Scientific Criticism),
2.
Kritik
Sastra Estetis (Aesthetic Criticism),
3.
Kritik
Sastra Sosial (Sosiological Criticism)
Berdasarkan pendekatannya terhadap karya
sastra, kritik itu dapat digolongkan kedalam empat jenis (Abrams;1980) yaitu:
1. Kritik
Mimetik (Mimetic Criticism), yaitu kritik yang bertolak pada pandangan bahwa
karya sastra merupakan suatu tiruan atau penggambaan dunia dan kehidupan
manusia.
2. Kritik
Pragmatik (Pragmatic Criticism), yaitu suatu kritik yang disusun berdasarkan
pandangan bahwa sebuah karya sastra itu disusun untuk mencapai efek-efek
tertentu kepada pembacanya.
3. Kritik
Ekspresi, yaitu kritik sastra yang menekankan telaahan kepada kebolehan
pengarang dalam mengekspresikan atau mencurahkan idenya ke dalam wujud sastra.
4. Kritik
Objektif, yaitu kritik sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa
suatu karya adalaha karya yang mandiri. Ia tidak perlu dilihat dari segi
pengarang,pembaca atau dunia sekitarnya.
berdasarkan
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang hendak dicapai kritik adalah:
1. Pertimabangan
atau penjelasan tentang karya sastra serta prinsip-prinsip terpenting tentang
karya tersebut kepada penikmat yang kurang dapat memahaminya
2. Menerangkan
seni imajinatif sehingga mampu memberikan jawaban terhadap hal-hal yang
dipetanyakan pembaca.
3. Membuat
aturan-aturan untuk para pengarang dan mengatur selera pembacanya.
4. Menginterpretasikan
suatu karya sastra terhadap pembaca yang tidak mampu memberikan apresiasi.
5. Memberikan
keputusan atau pertimbangan dengan ukuran penilaian yang telah ditetapkan.
6. Menemukan
dan mendapatkan asas yang dapat menerangkan dasar-dasar seni yang baik.
Kritik sastra juga dibagi berdasarkan tipe
sejarah sastra dan kritik sastra, yaitu sebagai berikut:
1. Impressionistic
2. Kesejarahan
3. Textual
4. Formal
5. Yudisial
6. Analitik
7. Moral
8. Mistik
kritik sastra pun menghendaki
adanya ketiga aspek seperti yang sudah dikemukakan tegasnya, kritik sastra
memiliki tiga aspek pula, yaitu:
1. Aspek kesejarahan
2. Aspek rekreasi
3. Aspek kadar artistik dan
suatu karya sastra.
B. Kedudukan
dan Fungsi Kritik sastra
Fungsi atau kegunaan kritik sastra itu
adalah sebagai berikut:
1. Untuk pembinaan dan pengembangan sastra
Fungsi utama kritik sastra adalah memelihara,
menyelamatkan serta mengembangkanpengalaman manusiawi yang berwujud sebagai
karya seni yang bernama sastra. Fungsi ini jauh lebih penting dari hanya
membuat kategori-kategori yang biasa dilakukan, meskipun kategori-kategori itu
juga berfaedah.
2. Untuk pembinaan kebudayaan dan apresiasi seni
Kritik sastra berfungsi pula untuk membina tradisi
kebudayaan, membentuk suatu tempat berpijak cita rasa yang benar, melatih
kesadaran, dan secara sadar pula mengarahkan pembaca kepada oembinaan
pengertian tentang makna dan nilai kehidupan.
3.
Untuk
menunjang ilmu sastra
Kritik
sastra berguna pula untuk pembinaan dan pengembangan ilmu sastra. Kritik sastra
merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa,
teknik pencitraan, dan sebagainya.
BAB II
UKURAN DALAM KRITIK
SASTRA
A. Ukuran
atau Sasaran Kritik
Kritik
sastra tidak hanya berupa penikmatan, tetapi juga berupa penilaian, berupa
penghakiman. Dalam hal itu, amat diperlukan adanya rambu-rambu adanya
prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pegangan. Tentu saja prinsip-prinsip itu
harus dinamis, bukan prinsip yang berlaku sepanjang zaman, karena sistem nilai
itu juga sering berubah menurut waktu dan tempat.
Kritik
sastra dengan ukuran dan prinsip-prinsip yang baik, mampu menunjukan nilai
suatu karya sastra tersebut, serta mampu meniadakan persoalan yang rumit dan
sulit yang terdapat dalam suatu karya sastra. Sehingga memungkinkan suatu karya
sastra yang pada mulanya dianggap tidak bernilai, bisa mendapat sambutan yang
ramah.
Dalam
ukuran karya sastra ada yang disebut semacam ukuran perorangan, yang terbatas
pada kesengan pembaca sendiri setelah membaca karya sastra tersebut. Selain
itu, ada ukuran penilaian, yaitu ukuran yang mudah dipahami. Bila penilaian
suatu karya sastra berdasarkan penilaian kesenangan dan kemudahan memahami,
tema cerita yang berada diluar pengetahuan dan pengalaman, dan berdasarkan
kepada tema cerita yang sudah dikenal maka penilaian semacam itu dapat di
golongkan kepada jenis kritik yang mengikuti teori pragmatis atau teori
efektif. Yaitu teori yang berdasarkan pada kesenangan dan kemudahan.
ALIRAN BARU dalam kritik
(new criticism) sastra merupakan pendekatan kritik sastra yang menitikberatkan
anlisisnya pada segi intrinsik suatu karya sastra dengan mengabaikan segi
ekstrinsik. Dalam hal ini para pengeritik meletakkan tumpuan perjatian pada
masalah isi dan bentuk karya sastra. Aliran baru ini dinamakan aliran
struktural. Yang dikembangkan oleh pengeritik-pengeritik amerika yaitu Jhon
Crowe Ransom, dll.
Yang dikaji oleh
penganut aliran baru ini adalah segi-segi yang membangun karya sastra, apa yang
hanya terdapat di dalam karya sastra, tidak mempersoalkan masalah segi sosial
masyarakat, malahan juga tidak diperhatikan siapa yang mengarangnya juga
sejarah kelahirannya.
ALIRAN
STRUKTURAL
muncul. Hal ini terjadi setelah aliran baru luntur. Aliran yang muncul itu
bermacam-macam. Kritik sastra mulai membaurkan beberapa macam pendekatan ilmu
bahasa dengan ilmu sastra. Aliran strukturalis ini berkembang pesat di Eropah.
Aliran ini mendapat kritikan dari aliran kritik marxis. Menurut mereka sastra
sastra sebagai unsur supra-struktur masyarakat ditentukan oleh basis ekonomi.
Oleh sebab itu, kenyataan ekonomi dan sosial harus di jadikan tolak ukur dalam
melakukan kritik sastra.
KECENDERUNGAN BARU dalam kritik sastra muncul, strukturalis
mendapat kecaman dari sana sini. Orang mulai mempertimbangkan aspek pembaca,
yaitu aspek penerimaan karya sastra yang dilakukan oleh pembaca diperhatikan.
Akhirnya dalam pendekatan yang terbaru di usahakan untuk menggabungkan keeempat
dimensi sastra, yaitu: objektif, mimetis, ekspresif, dan reseptif
.
Bila
diperhatikan berbagai karya kritik atau tulisan-tulisan tentang kritik sastra
di indonesia mungkin kita dapat mengklarifikasikan beberapa kelompok:
1. Mereka
yang menolak ukuran-ukuran kritik yang muncul dari barat, tetapi ia sendiri
belum memiliki pola atau ukuran sendiri.
2. Mereka
yang menggunakan ukuran kritik sastra dari barat.
3. Mereka
yang memakai ukuran barat yang dianggap relevan dengan menggabungkannya dengan
ukuran sendiri yang di bentuk dengan pengetahuan teoritis dari pengetahuan barat.
0 komentar:
Post a Comment