Sunday, December 7, 2014

BATASAN DAN FUNGSI KRITIK SASTRA

Posted by faisal. Category:


A.  Batasan kritik Sastra
Istilah kritik sastra mempunyai sejarah yang panjang. Istilah itu telah dikenal pada sekitar 500 Sebelum masehi. Kata kritik berasal dari Krinein, bahasa Yunani, yang berarti menghakimi”, “membanding’, atau ‘menimbang’.   Kata  krenien menjadi pangkal atau asal kata kreterion yang berarti dasar, pertimbangan, penghakiman. Orang ynag melakukannya disebut krites ynag berarti hakim
Kegiatan Kritik sastra yang pertama dilakukan oleh bangsa Yunani yang bernama Xenophanes dan Heraditus.

Buku tentang kritik sastra pertama dan lengkap, yang dapat dipandang sebagai sumber pengertian kritik modern merupakan buah tangan Julius Caesar Scaliger (1484-1585).
Di Indonesia, istilah maupun pengertian kritik sastra baru dikenal setelah para sastrawan memperoleh atau mendapatkan pendidikan dari atau di negara Barat sekitar awal abad kedua puluh. Walaupun sudah ada semacam kritik sastra, tetapi belum ada teori atau kerangka acuan yang digunakan
Jenis Kritik Sastra
kritik sastra dilihat dari segi pendekatan atau metode kritik, kritik sastra dapat dibagi atas dua jenis:
1.                  Kritik Sastra Penilaian (Judicial Criticism)
2.                  Kritik Sastra Induktif (Inductiv Criticism)
Di samping kedua pembagian itu, masih ditemui pembagian yang lain yang sifatnya merupakan pemerincian dari kritik sastra penilaian (Judicial Criticism),yaitu sebagai berikut:
1.               Kritik Sastra Ilmiah (Scientific Criticism),
2.               Kritik Sastra Estetis (Aesthetic Criticism),
3.               Kritik Sastra Sosial (Sosiological Criticism)

Berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra, kritik itu dapat digolongkan kedalam empat jenis (Abrams;1980) yaitu:

1.    Kritik Mimetik (Mimetic Criticism), yaitu kritik yang bertolak pada pandangan bahwa karya sastra merupakan suatu tiruan atau penggambaan dunia dan kehidupan manusia.
2.    Kritik Pragmatik (Pragmatic Criticism), yaitu suatu kritik yang disusun berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra itu disusun untuk mencapai efek-efek tertentu kepada pembacanya.
3.    Kritik Ekspresi, yaitu kritik sastra yang menekankan telaahan kepada kebolehan pengarang dalam mengekspresikan atau mencurahkan idenya ke dalam wujud sastra.
4.    Kritik Objektif, yaitu kritik sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karya adalaha karya yang mandiri. Ia tidak perlu dilihat dari segi pengarang,pembaca atau dunia sekitarnya.



berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang hendak dicapai kritik adalah:
1.    Pertimabangan atau penjelasan tentang karya sastra serta prinsip-prinsip terpenting tentang karya tersebut kepada penikmat yang kurang dapat memahaminya
2.    Menerangkan seni imajinatif sehingga mampu memberikan jawaban terhadap hal-hal yang dipetanyakan pembaca.
3.    Membuat aturan-aturan untuk para pengarang dan mengatur selera pembacanya.
4.    Menginterpretasikan suatu karya sastra terhadap pembaca yang tidak mampu memberikan apresiasi.
5.    Memberikan keputusan atau pertimbangan dengan ukuran penilaian yang telah ditetapkan.
6.    Menemukan dan mendapatkan asas yang dapat menerangkan dasar-dasar seni yang baik.

Kritik sastra juga dibagi berdasarkan tipe sejarah sastra dan kritik sastra, yaitu sebagai berikut:
1. Impressionistic
2. Kesejarahan
3. Textual
4. Formal
5. Yudisial
6. Analitik
7. Moral
8. Mistik
kritik sastra pun menghendaki adanya ketiga aspek seperti yang sudah dikemukakan tegasnya, kritik sastra memiliki tiga aspek pula, yaitu:
1. Aspek kesejarahan
2. Aspek rekreasi
3. Aspek kadar artistik dan suatu karya sastra.


B.  Kedudukan dan Fungsi Kritik sastra

Fungsi atau kegunaan kritik sastra itu adalah sebagai berikut:
1. Untuk pembinaan dan pengembangan sastra
Fungsi utama kritik sastra adalah memelihara, menyelamatkan serta mengembangkanpengalaman manusiawi yang berwujud sebagai karya seni yang bernama sastra. Fungsi ini jauh lebih penting dari hanya membuat kategori-kategori yang biasa dilakukan, meskipun kategori-kategori itu juga berfaedah.
2. Untuk pembinaan kebudayaan dan apresiasi seni
Kritik sastra berfungsi pula untuk membina tradisi kebudayaan, membentuk suatu tempat berpijak cita rasa yang benar, melatih kesadaran, dan secara sadar pula mengarahkan pembaca kepada oembinaan pengertian tentang makna dan nilai kehidupan.
3. Untuk menunjang ilmu sastra
Kritik sastra berguna pula untuk pembinaan dan pengembangan ilmu sastra. Kritik sastra merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa, teknik pencitraan, dan sebagainya.

BAB II
UKURAN DALAM KRITIK SASTRA
A.  Ukuran atau Sasaran Kritik
Kritik sastra tidak hanya berupa penikmatan, tetapi juga berupa penilaian, berupa penghakiman. Dalam hal itu, amat diperlukan adanya rambu-rambu adanya prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pegangan. Tentu saja prinsip-prinsip itu harus dinamis, bukan prinsip yang berlaku sepanjang zaman, karena sistem nilai itu juga sering berubah menurut waktu dan tempat.
Kritik sastra dengan ukuran dan prinsip-prinsip yang baik, mampu menunjukan nilai suatu karya sastra tersebut, serta mampu meniadakan persoalan yang rumit dan sulit yang terdapat dalam suatu karya sastra. Sehingga memungkinkan suatu karya sastra yang pada mulanya dianggap tidak bernilai, bisa mendapat sambutan yang ramah.
Dalam ukuran karya sastra ada yang disebut semacam ukuran perorangan, yang terbatas pada kesengan pembaca sendiri setelah membaca karya sastra tersebut. Selain itu, ada ukuran penilaian, yaitu ukuran yang mudah dipahami. Bila penilaian suatu karya sastra berdasarkan penilaian kesenangan dan kemudahan memahami, tema cerita yang berada diluar pengetahuan dan pengalaman, dan berdasarkan kepada tema cerita yang sudah dikenal maka penilaian semacam itu dapat di golongkan kepada jenis kritik yang mengikuti teori pragmatis atau teori efektif. Yaitu teori yang berdasarkan pada kesenangan dan kemudahan.
ALIRAN BARU dalam kritik (new criticism) sastra merupakan pendekatan kritik sastra yang menitikberatkan anlisisnya pada segi intrinsik suatu karya sastra dengan mengabaikan segi ekstrinsik. Dalam hal ini para pengeritik meletakkan tumpuan perjatian pada masalah isi dan bentuk karya sastra. Aliran baru ini dinamakan aliran struktural. Yang dikembangkan oleh pengeritik-pengeritik amerika yaitu Jhon Crowe Ransom, dll.
Yang dikaji oleh penganut aliran baru ini adalah segi-segi yang membangun karya sastra, apa yang hanya terdapat di dalam karya sastra, tidak mempersoalkan masalah segi sosial masyarakat, malahan juga tidak diperhatikan siapa yang mengarangnya juga sejarah kelahirannya.
ALIRAN STRUKTURAL muncul. Hal ini terjadi setelah aliran baru luntur. Aliran yang muncul itu bermacam-macam. Kritik sastra mulai membaurkan beberapa macam pendekatan ilmu bahasa dengan ilmu sastra. Aliran strukturalis ini berkembang pesat di Eropah. Aliran ini mendapat kritikan dari aliran kritik marxis. Menurut mereka sastra sastra sebagai unsur supra-struktur masyarakat ditentukan oleh basis ekonomi. Oleh sebab itu, kenyataan ekonomi dan sosial harus di jadikan tolak ukur dalam melakukan kritik sastra.
KECENDERUNGAN BARU dalam kritik sastra muncul, strukturalis mendapat kecaman dari sana sini. Orang mulai mempertimbangkan aspek pembaca, yaitu aspek penerimaan karya sastra yang dilakukan oleh pembaca diperhatikan. Akhirnya dalam pendekatan yang terbaru di usahakan untuk menggabungkan keeempat dimensi sastra, yaitu: objektif, mimetis, ekspresif, dan reseptif .
Bila diperhatikan berbagai karya kritik atau tulisan-tulisan tentang kritik sastra di indonesia mungkin kita dapat mengklarifikasikan beberapa kelompok:
1.    Mereka yang menolak ukuran-ukuran kritik yang muncul dari barat, tetapi ia sendiri belum memiliki pola atau ukuran sendiri.
2.    Mereka yang menggunakan ukuran kritik sastra dari barat.

3.    Mereka yang memakai ukuran barat yang dianggap relevan dengan menggabungkannya dengan ukuran sendiri yang di bentuk dengan pengetahuan teoritis dari pengetahuan  barat.

0 komentar:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 
Ping your blog, website, or RSS feed for Free