Friday, November 21, 2014

Resume Buku Putu Arya Tirtawirya”Apreasiasi Puisi dan Prosa

Posted by faisal. Category:

Resume Buku Putu Arya Tirtawirya”Apreasiasi Puisi dan Prosa”

Bagian pertama: Puisi

1.      PUISI LAWAN KATANYA BUKAN PROSA TAPI ILMU
PROSA LAWAN KATANYA BUKAN PUISI TAPI SAJAK

Sajak adalah puisi tetapi puisi belum tentu dia itu adalah puisi.puisi mungkin saja terdapat pada prosa seperti cerpen, novel atau esay.
            Suatu pengungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat, dimana kata-kata condong pada artinya yang konotatif, itulah yang sebenarnya yang dimaksud dengan puisi.
Menurut Alexis De Tocqueville puisi ialah hal mencari dan melukiskan “yang diidamkan” (the ideal). Dengan demikian puisi bukanlah melukiskan kebenaran, melainkan memuja kebenaran  dan “memberi jiwa” suatu gambaran yang lebih indah. Sajak yang dianggap sebagai keindahan bahasa yang sempurna yang amat puitis. Tetapi sajak itu sendiri bukanlah puisi.
            Prosa pada dasarnya menyodorkan suatu cara pengungkapan yang explisit, mengurai atau menjelas terangkan segala sesuatunya. Gamblang meskipun sama-sama menerapkan pengungkapan secara explisit, antara prosa dan penulisa ilmiah terdapat perbedaan dari segi penerapan keindahan bahasa.
            Dalam puisi kita berhadapan dengan dengan suatu pengungkapan yang menyirat, sedangkan dalam sajak kita tidak hanya berhadapan dengan pengunngkapan yang menyirat saja tapi menghadapi “materi isi” atau “subject matter” yang tersirat.
            Apakah sajak itu ? tidak ada satu definisi yang mampu menjawabnya dengan sempurna, kecuali jawaban penyair Boris Pasternak dalam sajaknya yang berjudul
 batasan sajak.
Sajak adalah siul melingking curam
Sajak adalah gemertak kerucut salju beku
Sajak adalah daun-daun menges sepanjang malam
Sajak adalah dua ekor burung malam menyanyikan duel
Sajak adalah manis kacang kapri mencekik mati
Sajak adalah air mata dunia diatas bahu.


2.      SAJAK MENGUNDANG ASOSIASI BUKAN INTERPRETASI

“seorang kritikus “ kata H.B jassin “adalh seorang manusia biasa yang pernah juga berbuat kekeliruan .” dan kekeliruan seorang kritkus sastra adalah keliru bersikap sewaktu menghadapi sebuah sajak. Dalam menghadapi sajak yang bagus (sempurna) atau sajak yang jelek sikapnya sama masing-masing dianggapnya sebagai obyek. Padahal sajak yang bagus, sempurna, tidak mengandung cacat apapun sungguhnya sajak itu bukan sebuah obyek melainkan sebuah subyek. Sebuah subyek yang mengundang asosiasi pembaca bukan interpretasi kita. Dengan kata lain kita harus memberbaurkan diri, meluluhkan diri padanya, bukan lantas kita mengadakan jarak terhadapnya.
            Sebuah sajak pada hakekatnya mengundang kita untuk berasosiasi tidak berinterpretasi bertafsir-tafsir. Oleh karena itulah metode ganzheit (kesan keseluruhan) tepat digunakan dalam suatu penilaian. Khusus untuk menghadapi sajak-sajak yang memiliki cacat.

3.      ARTI KOMUNIKASI DALAM SAJAK
            Kalau kita selidiki mengapa terdapat perbedaan dalam proses penulisan prosa dan puisi, akan kita temui dua buah factor dominan yang masing-masing berdiri sendiri. Faktor pikiran mempunyai andil paling besar dibidang prosa sedangkan, sedangkan factor perasaan dibidang puisi.
            Para penyair yang masyhur didunia kebanyakan memiliki otak yang cemerlang
Dalam filsafat misalnya satre, camus, gide, iwan simatupang dan subagio sastrowardojo. Dengan demikian arti komunikasi dalam prosa adalah tidak terlepas kaitanya dengan pemikiran-pemikiran yang matang atas hidup dan kehidupan manusia sejagat. Menghadapi kata penyair tidak lantas berasosiasi pada kalimat, tapi asosiasinya menjurus pada pengalaman, emosi dan cita. Dalam proses pembuatan sebuah sajak penyair tidak menyadari adanya jarak diantara dirinya dengan pembaca.
            Memang tidak semua orang bias menikmati sajak, diperlukan apresiasi terlebih dulu. Beda dengan prosa, komunikasi dalam sajak bersifat tertutup, artinya diperlukan kesedian orang lain selaku pembaca untuk membuka kamar penuh rahasia tersebut suatu kesedian yang tidak kepalang tanggung. Tiada rahasia yang lebih pelik daripada pribadi manusia dan seorang penyair melangkah kearah perekaman kenyataan tersebut kedalam sebuah sajak.
4.      BOBOT DALAM PUISI
Bobot adalah pencerminan dari kedewasaan atau kematangan seseorang selaku penyair. Dan lebih jauh lagi merupakan pencerminan dari perkembangan kreativitas dalam kurun waktu tertentu.
Berbobot tidaknya puisi anda, seperti ujar penyair rainer maria rilke,tidak mungkin ditentukan oleh orang lain selain diri anda sendiri.
5.      RAHASIA PUISI
Bentuk kesusastraan yang paling tua dalam peradaban manusia adalh puisi. Dan bentuk paling agung yang tiasa diliputi kabut rahasia dalam kesusastraan dunia adalah puisi.
Berpuisi adalah kebaruan cara pengungkapan apa yng mesti diungkapkan dalam puisi tidaklah sesuatu yang sepele.
6.      SEBUAH SAJAKADALH SEBUAH LUKISAN TAPI KATA BUKANLAH CAT
Kata chairil anwar : sebuah sajak adalah sebuah lukisan dalam arti bahwa sajak tidak mungkin diuraikan atau dijelaskan apa maksud artinya.
            Yang esensial dalam puisi adalah kebaruan cara pengungkapan, kata penyair subagio sastrowawrdoyo, salah seorang penyair yang yang menaruh kepercayaa kepada makna yang terkandung dalam kata. Apa-apa yang patut diungkapkan dalam puisi, menurut Goenawan mohamad kita sebut tenaga puisi. Dan dengan apa ia kita ungkapkan serta dengan cara bagaimana (sesuai dengan estetika), semunya ini disebut kekuatan sajak(menyangkut segi bentuk).Sebuah sajak adalah sebuah lukisan.
7.      SIMBOLISME
Meskipun sama-sama menggunakan kata tapi ada perbedaan antara penyair dan pengarang. Yaitu dalam sikap menghadapi kata itu sendiri. Dalam puisi seorang penyair condong memperlakukan kata menurut sifatnya yang konotatif memiliki arti samingan yang kadang sulit ditebaklantaran duplikat dari pribadi sang penyair.
            Dalam dunia prosa sebalikanya, pengarabg cendrungmeraih kata pada sifatnya yang denotatif,yang tersurat atau arti sebagaimana keterangan dalam kamus.
Seorang penyair membutuhkan suatu alat untuk melapangkan jalan alias landasan buat meluncurkan pikiran maupun perasaanya secara bernas. Alat itu bernama simbol atau perlambang. Dan hasilnya dinamakan simbolik.
            Simbolisme sebagai suatu aliran dalam kesusastraan, dimulai oleh beberapa penyair perancis Mallarme, rimbaud, verlaine dan baude cespleng.
Abdul hadi menulis sebagai berikut:bagi penyair-penyair simbolis seperti Verlaine dan Mallarme puisi harus berkomunikasi kepada pembacanya secara tidak langsung karena puisi bukan percakapan dan sehari-hari.puisi harus sugesif, musical, dan imajinatif. Setiap dalam suatu sajak harus serentak memuat dalam dirinya : imaji, feeling, pemikiran dan perlambangan.
            Kaum simbolis sangat mengutamakan asosiasi-asosiasi yang dapat dicapai dengan pengindraan kita dalam memilih imaji, ditambah dengan pengaruh freud dan jung mengenai dunia sadar.

8.      APAKAH MANTERA ITU TERMASUK CIPTA SASTARA?
Kesusastraan adalah kreasi manusia, sebuah situasi dimana manusia ada dalam kancah pergulatan dengan bahasa. Manusia menciptakan kesenian dengan bahasa sebagai alat dan juga sebagi bahanya.
            Semua kitab suci adalah puisi, tapi kita tidak bisa memasukan kesusastraan lantaran bukan hasil karya manusia.
9.      ANYAMBEMEN
Ayambemen adalah pemenggalan kata dalam baris(larik)untuk kemudian memindahkannya kebaris berikutnya.
10.  DIBELAKANG KEINDAHAN  SEBUAH SAJAK
Ada tiga pilar penopang keindahan sebuah karya seni, kata leo tolstoy yaitu ;
1.bentuk
2. isi
3. kejujuran
11. PUISI TRANSPARAN DAN PRIMATIS
 Golongan puisi transparan atau sering pula disebut diaphan dan golongan puisi primatis. Transparan berarti jernih, bening. Jadi puisi transparan, para pembaca akan mudah untuk meluluhkan diri atau berakrab dengan isi dari sajak yang tengah dihadapi.
            Puisi primatis adalah lawan dari puisi transparan.sesuatu yang berada dibelakang sebuah prisma teramat sukar tertangkap oleh mata.
12.  proses lahirnya sebuah sajak
tema atau isi sebuah sajak tidak jatuh begitu saja dari langit. Seorang penyair yang sejati bakal berusaha penuh konsentrasi lewat bacaan dan latihan serta pendekatanyang mesra terhadapmasyarakat dan alam sekitarnya.
13.  SATURDJI CALZOUM BACHRI, BIR DAN KREATIVITAS

beberapa tahun yang lalu saya brpendapat bahwa Kredo Sutardji Calzoum Bachri dan begitu pula ulahnya berkenaan dengan kemestian minum bir kalau baca sajak hanyalah suatu taktik mencapai popularitas semata.
Kredo Sutardji yang melepaskan beban makna dari kata-kata pada hakekatnya menjungkirbalikkan teori sastra yang konvensiaonal-klasik: bahasa adalah tulang punggung kesusastraan. Atas dasar inilah saya menolak mantera sebagai cipta sastra. Mantera sebagai salah satu unsur yang terdapat efek-efek penulisan sastra, saya terima. Tapi kemutlakannya yang mau tak mau mesti mengkafirkan makna kata dalam sebuah sajak, inilah yang saya tolak mentah-mentah atau apriori.

Bagian  II: PROSA

1.      DAYA PIKAT SEBUAH CERITA PENDEK
Ditinjau dari motif orang membaca, pembaca terbagi dua, ada yang Cuma ingin tahu isi cerita, dan tidak ambil pusing terhadap “style” atau gaya sang pengarang.
Dalam kesusastraan yang menjadi daya pikat pertama adalah nama pengarang. Seorang yang terjun ke dunia karang –mengarang tahap pertama yang ia usahakan mati-matian adalah popularitas namanya sebagai pengarang .
Dalam sebuah cerpen, daya pikat yang pertama teretak pada halaman awal terutama tergantung pada kepandaian pengarang membuka cerita.
2.      ALINEA AWAL DAN AKHIR SEBUAH CERPEN
Seni sastra pada hakekatnya bukan terdiri dari “isi”, tapi “bentuk” pun memegang peranan yang menentuan. Menentukan apakahasebuah cerpen bernilai sastra atau tidak. Isi biarpun elok tapi apabila bentuk gaya bercerit a atau gaya bahasa jelek, maka cerpen tersebut tak urung jadi picisan atau Kitsch. Istilah “kitsch” dipakai untuk membedakan adanya sebuah karangan yang tidak dapat kita golongkan picisan, juga tidak termasuk sastra.
3.       UNSUR CERITRA DALAM CERITRA PENDEK
Tidak semua Ceritra yang pendek bisa diklasifikasikan  cerpen sebuah ciptasastra.
Sebuah cerpen atauh Short-story dalam bahasa Inggris pada dasarnya menuntut, jelasnya mengadakan tuntutan berupa kemestian adanya perwatakan jelas pada tokoh ceritra. Sang tokoh merupakan sentral ide dari ceritra.unsur perwatakan lebih dominan daripada unsur ceiita itu sendiri.
4.      HUMOR DAN PERBANDINGAN DALAM SEBUAH CERPEN
Cerpen sebagai sebuah karya seni, yaitu seni sastra atau kesusastraan tidak bisa dipisahkan antara isi dan bentuknya.
Seorang pengarang yang baik adalah dia itu adalah pelawak. Tapi, pelawak belum tentu pengalaman dalam karang mengarang menempa seorang pengarang untuk menjadi peka terhadap humor, menkmati hmor orang lain maupun menyelipkan humor dalam kalangan sendiri.
5.      SOROT-BALIK (FLASH-BACK)
Pengarang menghadapi dua pilihan. Apakah  akan melukiskan kenangan sang tikoh secara langsung ataukah dengan tidak langsung. jelasnya kalau secara langsung maka pengarang mesti melukiskan peristiwa peristiwa tempohari tersebut secara tiga dimensi. Para pelaku diberi kesempatan bergerak, berdialog sesuai dengan daya ingatakn tokoh yang terkenang tadi.
6.      PERWATAKAN PELAKU CERITRA
Tidak semua cerita yang pendek adalah cerpen, dan yang menjadi ciri khas sebuah cerpen adalah adanya perwatakan pelaku ceritra. Lantaran terbatasnya kesempata bagi pengarang dalam penulisan cerpen, tidak seperti dalam penulisan novel atau lakon drama, menyebabkan segi perwatakan tidak mungkin digarap sempurna. Tapi ini tidaklah berarti bahwa pengarang boleh melalaikannya dalam penulisan sebuah cerpen.
Bentuk cerpen sebagai karya sastra dia berdiri sendiri dengan keunikan-keunikannya sendiri pula.
7.      PLOT
Renek Wellek mengatakan bahwa Plot adalah struktur penceritaan, sedangkan Hudson mengatakan bahwa plot adalah rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita dan dikerjakan oleh pelaku –pelaku sepanjang roman atau novel yang bersangkutan.
8.      RENUNGAN-RENUNGAN DALAM KARYA SASTRA
Pengarang itu ada dua tukang cerita dan sastrawan.
Renungan atas kehidupan merupakan suatu ciri khas yang senantiasa terdapat dalam karya sastra. Ilah sebabnya mengapa cerita-cerita detektif sepanjang sejarah tidak diklasifikasikan hasil kesusastraan. Lantaran pengarang tdak menggeluti renungan kehidupan tersebut.
9.      FUNGSI CATATAN HARIAN DALAM KARANG-MENGARANG
Seorang pelukis yang selalu melakukan ribuan latihan dalam mencoretkan garis dan sapuan catnya, akhirnya ia menemukan kepribadian pada tarikan garis dan sapuan catnya, sehingga kita dapat menerka siapa pelukisnya sewaktu kita menikmati sebuah lukisan. Sedangkan dalam dunia karang mengarang seorang penyair, yang ingin meningkatkan karyanya yaitu dengan banyak laithan melalui buku catatan hariannya.
Yang dimaksud dengan renungan kehidupan ialah pengalaman pengarang,  hasil perenungan dirinya berkat pengalaman tadi yang ia nukilkan dalam cerita yang dirtulisnya yang nantinya akan memperkaya batin pembaca.
10.  KRITIK DAN ESAI
Dua bidang penulisan yang  karena dekatnya berdampingan satu dengan yang lain menyebabkan tidak sedikit rang awam terkecoh. Yaitu bentuk Kritik dan Esai.
Esai dapat kita klasifikasikan menjadi dua bagian: yang objektif dan yang subjektif. Yang pertama se disering diberi predikat “sebuah studi” dan satunya lagi disebut “Sebuah esai kecil”.
            Sebuah tulisan dapat disebut esai apabila krangan itu  dituliskan tidak secara acak-acakan, gaya bahasa dan cara pengungkapannya memikat hati.
11.  CERITA PICISAN, POPULER DAN SASTRA
Cerpen, drama dan novel adalah bentuk-bentuk karangan yang bermodalkan cerita, yang merupakan akibat dari sikap pengarangnya dalam merangkumkannya maka kita dapat membagi menjadi tiga kategori: yang picisan, yang popular dan yang sastra.
Cerita yang bernlai sastra, tidak selamnya diberati oleh filsafat, psikologi.
12.  SASTRA DAN JURNALISTIK
Sastra dan jurnalistik adalah dua bidang penulisan yang berbeda, masing-masing bidang tersebut membutuhkan kemampuan tersendiri dari seorang yang berkecimpung di dalamnya.
13.  NOVEL DAN ROMAN
Istilah roman mulanya sejak zaman penjajahan belanda istilah tersebut digunakan orang sebagai terjemahan dari istilah asing yaitu Novel.penggunaan kata roman semakin tersisih oleh kata novel yang lebih populer.
            Konon pada sebuah roman terdapat lebih banyak pelaku erita tinimbang novel.
14.  PROSES RAMPUNGNYA SEBUAH CERPEN

Mengapa rijono pratikto dapat menyelesaikan cerpennya sambil mengobrol dengan teman-temannya yang datang bertamu? Saya kira lantaran rijono tidak bertolak titik pada mood  tapi dari kerangka cerita di mana bahan-bahan cerita sudah dicerna sebelumnya jadi tinggal menuangkanya dalam tulisan. Dengan demikian konsentrsi tidak pegang peranan yang  menentukan, cukup daya ingat yang cemerlang.

0 komentar:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 
Ping your blog, website, or RSS feed for Free