Monday, January 12, 2015

Ranah Stilistika/’Illm Al-Uslub

Posted by faisal. Category:

Ranah Stilistika/’Illm Al-Uslub
Khafaji berkata yang dikutip dari pendapat M.H Abram, bahwa diantara karakteristk stilistika adalah ia menganalisis persoalan-persoalan yang  terkait dengan sutiyyahnya (fonologi), jumliyah (macam-macam struktur kalimat), mu’jamiyah (leksiologi) dan balaghiyah (seperti pengguanaan metaphor, hipalase, dan mitonimi). Sedangkan menurut pendapat al-jahiz, karakteristik adalam studi an-nazmnya lebih menekankan aspek-aspek makna bahasa (semantic), masalah sinonim(mutarodif), prinsip penghematan kata(ijaz), dan makna dalam struktur kalimat (sintagmatig).
            Pada dasarnya pendapat diatas tidak berbeda ; semuanya mengkaji  persoalan bahasa yang meliputi susunan huruf yang terangkai dalam kata (fonologi) dan pemilihan atau preprensi dalam kata dan kalimat.
al-mustawayat al-uslubiyyah (ranah analisis stilistika)
1.al-mustawa as-sauti(ranah fonologi)
2. al-mustawa al-sarfi (ranah morfologi)
3. al-mustawa al-nahwi au al-tarkibi( ranah sintaksis)
4. al-mustawa al-dalali(ranah semantic)
5. al-mustawa al- taswiri(ranah  imageri)
Pada penggunaan ranah analisis uslubiyah tergantung pada genre abjek analisinya, missal genre syair (puisi) ranah analis yang paling serng di gunakan adalah ranah al mustawa al-sauti sedangkan pada prosa  ranah tersebu jarang di gunakan. Tapi alangkah baiknya kelima langkah analisis tersebut dapat di gunakan engan baik.
1.                  Al-mustawa al-sauti (ranah fonologi)
a.       Al-mustwa al-sauti (ranah fonologi) meliputi ranah analisis fonologi itu sendiri sampai dengan efeknya pada keserasian dan pemakaian . pada bahasan ini mencakup sawamit(konsonan), dan sawait(vocal.
b.      Sawamit(konsonan) dan sawait(vocal)
Para linguis modern telah membagi bunyi bahasa pada sawamit (konsonan) dan sawait(vocal). Dalam literatur arab sawamit(konsonan) terbagi menjadi tujuh bagian:
1.      Sawamit infijariyah (plosive)
2.      Sawamit anfiyah(nasal)
3.      Sawamit munharifah (lateral)
4.      Sawamit mukararah (getar)
5.      Sawamit ikhtikakiyah (frikatif)
6.      Sawamit infijariyah ihtikakiyah (plosive-prikatif)
7.      Syibh as-sawamit (semi vocal)
Sedangkan sawait(vocal) terbagi menjadi dua bagian:
1.      Sawa’it qosirah(vocal pendek) yaitu bunyi kasroh, Fathah, dan dhomah.
2.      Sawa’it tawilah(vocal panjang) yaitu bunyi alif, wau, dan ya yang di baca panjang.
Selain itu para linguis arab juga membagi al-mustwa as-sauti (ranah fonologii kedalam lima bagian:
1.      Al-waqfat/pauses
Adalah jeda antara dua kelompok suara, antara dua kata atau dua ungkapan dalam satu kalimat. Dalam ilmu tajwid dikenal dengan istilah waqf dan terbagi kepada waqf al-tam, waqf al-kafi, waqf al-hasan.
2.      Al-tangin/ nada
 Al-tangin/ nada Terbagi menjadi empat macam yaitu ; al-naghmah al-munhafidah/nada rendah, al-naghmah al-adiyah/nada biasa, al-nagmah al’aliyah/nada tinggi, al-naghmah al-fauq al-aliyah/nada sangat tinggi.
3.      Al-nabr/ stress-accent
Adalah penekanan suara yang terjadi pada berikut ini:
a.       Tatkala waqf yang di tasydid seperti al-hayy.
b.      Tatkala pengucapan al-wawu bertasydid yang didahului harakat fahah atau dhomah seperti pengucapan qawwamina
c.       Tatkala pengucapan hurf al-ya yang di dahului harakah kasroh atau fathah seperti pengucapan syarqiyya
d.      Tatkala perpidahan dari madd ke huruf yang bertasydid, seperti pengucapan al-haqqah
Penekanan pengucapan kata dalam suatu kalimat untuk memberikan penjelaan atau penguatan dan penghilangan keragu-raguan dari penutur atau petutur.
4.      Al-tazmin/ tempo
Adalh tenggang waktu pengucapan kata atau kalimat sebagai pantulan dari perasaan emosi penutur, terkadang tempo ini pelan, cepat, dan sedang.
5.      Al-iqa/ritme.
Adalah yaitu irama suara yang muncul secara teratur dan berulang .
2.  al-mustwa al-sharfi
Pada aspek ini sangat luas cakupannya paling tidak mencakup dua aspek berikut ini
a.       Ikhyar as-shigah (pemilihan bentuk kata)
Sebagai contoh pilihan kata musytabih pada al-an’am ayat 99 dan al-an’am ayat 141
وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦ نَبَاتَ كُلِّ شَيۡءٖ فَأَخۡرَجۡنَا مِنۡهُ خَضِرٗا نُّخۡرِجُ مِنۡهُ حَبّٗا مُّتَرَاكِبٗا وَمِنَ ٱلنَّخۡلِ مِن طَلۡعِهَا قِنۡوَانٞ دَانِيَةٞ وَجَنَّٰتٖ مِّنۡ أَعۡنَابٖ وَٱلزَّيۡتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُشۡتَبِهٗا وَغَيۡرَ مُتَشَٰبِهٍۗ ٱنظُرُوٓاْ إِلَىٰ ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثۡمَرَ وَيَنۡعِهِۦٓۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمۡ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ٩٩
“99. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”
۞وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَنشَأَ جَنَّٰتٖ مَّعۡرُوشَٰتٖ وَغَيۡرَ مَعۡرُوشَٰتٖ وَٱلنَّخۡلَ وَٱلزَّرۡعَ مُخۡتَلِفًا أُكُلُهُۥ وَٱلزَّيۡتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُتَشَٰبِهٗا وَغَيۡرَ مُتَشَٰبِهٖۚ كُلُواْ مِن ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثۡمَرَ وَءَاتُواْ حَقَّهُۥ يَوۡمَ حَصَادِهِۦۖ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ ١٤١
“141. Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”

Dilihat dari kontek ayat kedua ayat tersebut bukanlah sinonim. Setiap pilihan kata cocok untuk konteknya masing’’


b.      Al-udul bi al-shigah ‘an al-asl al-siyaqi
Yaitu berpindah bentuk kata kebentuk kata lainya dalam kontek yang sama. Seperti kata kasabat  dan iktasabat dalam firman allah swt dalam al-qur’an al-baqarah ayat 286
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ.
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”
3. al-mustawa al-nahwi au la-tarkibi (ranah sintaksis)
Pada analisis ranah ini tidak membahas ‘irab atau kedudukan kata melainkan yang diteliti adalah apa rahasia dari penggunaan struktur kalimat tertentu?.


4. al-mustawa al-dalali(ranah semantic)
Adalah ranah analisis tentang makna yang bahasanya mencakup seluruh ranah linguistic.
Agar tidak jembuh dengan bahasan lainnya maka di sini di batasi pada aspek-aspek sebagai berikut:
a.       Dalalah al-lafz al-mu’jami(makna leksikal)
b.      Al-musytarak al-lafz(polisemi)
c.       Al-taraduf(sinonim)
d.      Al-tibaq(antonym)
5. al-mustawa al taswiri (ranah imageri)
Adalah cara pengungakapan konsep yang abstrak, kejiwaa seseorang, pristiwa yang terjadi dan lain sebagainya. Al-taswir mencakup beberapa aspek:
a.      Al-taswir bi al- tasybih
b.      Al-taswir bi al- majaz
c.       Al-taswir bi al-isti’arah
d.      Al-taswir bi al-kinayah

e.       Al-tanasuq al fanni fi al-surah

0 komentar:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 
Ping your blog, website, or RSS feed for Free