Ranah Stilistika/’Illm
Al-Uslub
Khafaji
berkata yang dikutip dari pendapat M.H Abram, bahwa diantara karakteristk
stilistika adalah ia menganalisis persoalan-persoalan yang terkait dengan sutiyyahnya (fonologi),
jumliyah (macam-macam struktur kalimat), mu’jamiyah (leksiologi) dan balaghiyah
(seperti pengguanaan metaphor, hipalase, dan mitonimi). Sedangkan menurut
pendapat al-jahiz, karakteristik adalam studi an-nazmnya lebih menekankan
aspek-aspek makna bahasa (semantic), masalah sinonim(mutarodif), prinsip
penghematan kata(ijaz), dan makna dalam struktur kalimat (sintagmatig).
Pada
dasarnya pendapat diatas tidak berbeda ; semuanya mengkaji persoalan bahasa yang meliputi susunan huruf
yang terangkai dalam kata (fonologi) dan pemilihan atau preprensi dalam kata
dan kalimat.
al-mustawayat al-uslubiyyah (ranah
analisis stilistika)
1.al-mustawa as-sauti(ranah
fonologi)
2. al-mustawa al-sarfi (ranah
morfologi)
3. al-mustawa al-nahwi au
al-tarkibi( ranah sintaksis)
4. al-mustawa al-dalali(ranah
semantic)
5. al-mustawa al- taswiri(ranah imageri)
Pada penggunaan ranah analisis
uslubiyah tergantung pada genre abjek analisinya, missal genre syair (puisi)
ranah analis yang paling serng di gunakan adalah ranah al mustawa al-sauti
sedangkan pada prosa ranah tersebu
jarang di gunakan. Tapi alangkah baiknya kelima langkah analisis tersebut dapat
di gunakan engan baik.
1.
Al-mustawa al-sauti
(ranah fonologi)
a.
Al-mustwa
al-sauti (ranah fonologi) meliputi ranah
analisis fonologi itu sendiri sampai dengan efeknya pada keserasian dan
pemakaian . pada bahasan ini mencakup sawamit(konsonan), dan sawait(vocal.
b.
Sawamit(konsonan) dan sawait(vocal)
Para linguis modern telah membagi bunyi bahasa pada sawamit
(konsonan) dan sawait(vocal). Dalam literatur arab sawamit(konsonan) terbagi
menjadi tujuh bagian:
1.
Sawamit
infijariyah (plosive)
2.
Sawamit
anfiyah(nasal)
3.
Sawamit
munharifah (lateral)
4.
Sawamit
mukararah (getar)
5.
Sawamit
ikhtikakiyah (frikatif)
6.
Sawamit
infijariyah ihtikakiyah
(plosive-prikatif)
7.
Syibh
as-sawamit (semi vocal)
Sedangkan
sawait(vocal) terbagi menjadi dua bagian:
1.
Sawa’it
qosirah(vocal pendek) yaitu bunyi kasroh,
Fathah, dan dhomah.
2.
Sawa’it
tawilah(vocal panjang) yaitu bunyi alif,
wau, dan ya yang di baca panjang.
Selain itu para linguis arab juga
membagi al-mustwa as-sauti (ranah fonologii kedalam lima bagian:
1.
Al-waqfat/pauses
Adalah jeda
antara dua kelompok suara, antara dua kata atau dua ungkapan dalam satu
kalimat. Dalam ilmu tajwid dikenal dengan istilah waqf dan terbagi
kepada waqf al-tam, waqf al-kafi, waqf al-hasan.
2.
Al-tangin/ nada
Al-tangin/ nada Terbagi menjadi empat
macam yaitu ; al-naghmah al-munhafidah/nada rendah, al-naghmah
al-adiyah/nada biasa, al-nagmah al’aliyah/nada tinggi, al-naghmah
al-fauq al-aliyah/nada sangat tinggi.
3.
Al-nabr/ stress-accent
Adalah
penekanan suara yang terjadi pada berikut ini:
a.
Tatkala
waqf yang di tasydid seperti al-hayy.
b.
Tatkala
pengucapan al-wawu bertasydid yang didahului harakat fahah atau dhomah seperti
pengucapan qawwamina
c.
Tatkala
pengucapan hurf al-ya yang di dahului harakah kasroh atau fathah seperti
pengucapan syarqiyya
d.
Tatkala
perpidahan dari madd ke huruf yang bertasydid, seperti pengucapan al-haqqah
Penekanan
pengucapan kata dalam suatu kalimat untuk memberikan penjelaan atau penguatan
dan penghilangan keragu-raguan dari penutur atau petutur.
4.
Al-tazmin/ tempo
Adalh tenggang
waktu pengucapan kata atau kalimat sebagai pantulan dari perasaan emosi
penutur, terkadang tempo ini pelan, cepat, dan sedang.
5.
Al-iqa/ritme.
Adalah yaitu
irama suara yang muncul secara teratur dan berulang .
2. al-mustwa al-sharfi
Pada aspek ini sangat luas
cakupannya paling tidak mencakup dua aspek berikut ini
a.
Ikhyar
as-shigah (pemilihan bentuk kata)
Sebagai contoh
pilihan kata musytabih pada al-an’am ayat 99 dan al-an’am ayat 141
وَهُوَ
ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦ نَبَاتَ كُلِّ
شَيۡءٖ فَأَخۡرَجۡنَا مِنۡهُ خَضِرٗا نُّخۡرِجُ مِنۡهُ حَبّٗا مُّتَرَاكِبٗا
وَمِنَ ٱلنَّخۡلِ مِن طَلۡعِهَا قِنۡوَانٞ دَانِيَةٞ وَجَنَّٰتٖ مِّنۡ أَعۡنَابٖ
وَٱلزَّيۡتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُشۡتَبِهٗا وَغَيۡرَ مُتَشَٰبِهٍۗ ٱنظُرُوٓاْ
إِلَىٰ ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثۡمَرَ وَيَنۡعِهِۦٓۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمۡ لَأٓيَٰتٖ
لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ٩٩
“99. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai
yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan
delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”
۞وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَنشَأَ
جَنَّٰتٖ مَّعۡرُوشَٰتٖ وَغَيۡرَ مَعۡرُوشَٰتٖ وَٱلنَّخۡلَ وَٱلزَّرۡعَ
مُخۡتَلِفًا أُكُلُهُۥ وَٱلزَّيۡتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُتَشَٰبِهٗا وَغَيۡرَ
مُتَشَٰبِهٖۚ كُلُواْ مِن ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثۡمَرَ وَءَاتُواْ حَقَّهُۥ يَوۡمَ
حَصَادِهِۦۖ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ ١٤١
“141. Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan”
Dilihat dari kontek ayat kedua ayat tersebut bukanlah sinonim.
Setiap pilihan kata cocok untuk konteknya masing’’
b.
Al-udul bi al-shigah ‘an al-asl al-siyaqi
Yaitu berpindah
bentuk kata kebentuk kata lainya dalam kontek yang sama. Seperti kata
kasabat dan iktasabat dalam firman allah
swt dalam al-qur’an al-baqarah ayat 286
لَا
يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا
ٱكۡتَسَبَتۡۗ.
“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya”
3.
al-mustawa al-nahwi au la-tarkibi (ranah sintaksis)
Pada
analisis ranah ini tidak membahas ‘irab atau kedudukan kata melainkan yang
diteliti adalah apa rahasia dari penggunaan struktur kalimat tertentu?.
4.
al-mustawa al-dalali(ranah semantic)
Adalah
ranah analisis tentang makna yang bahasanya mencakup seluruh ranah linguistic.
Agar
tidak jembuh dengan bahasan lainnya maka di sini di batasi pada aspek-aspek
sebagai berikut:
a.
Dalalah
al-lafz al-mu’jami(makna
leksikal)
b.
Al-musytarak
al-lafz(polisemi)
c.
Al-taraduf(sinonim)
d.
Al-tibaq(antonym)
5.
al-mustawa al taswiri (ranah imageri)
Adalah
cara pengungakapan konsep yang abstrak, kejiwaa seseorang, pristiwa yang
terjadi dan lain sebagainya. Al-taswir mencakup beberapa aspek:
a.
Al-taswir bi al- tasybih
b.
Al-taswir bi al- majaz
c.
Al-taswir bi al-isti’arah
d.
Al-taswir bi al-kinayah
e.
Al-tanasuq al fanni fi al-surah