Mengkritisi buku “ Anqd al-Adab: Kritik Sastra Hijau
Daun”
A.Wahid Sy
Bab VIII
Nilai
Dalam Karya Sastra
Oleh:
Ahmad Faisal Amir
Bsa/IV/A
- Pengertian karya sastra dan seni sastra
Karya sastra menurut penulis
dalam bab ini adalah hasil cipta penyair atau
pengarang sebagai gambaran
pengalaman jiwanya.
Dari pengertian diatas tadi
penulis menarik kesimpulan dari pendapat ilmuan yaitu:
ghazali yang
menyatakan karya sastra adalah hasil ciptaan manusia yang memakai medium yang
indah, sebagai ekspresi dari getaran jiwa dalam bentuk tulisan.
Zuber Usman berpendapat
bahwa hasil pekerjaan pengarang atau penyair itu disebut kesusastraan atau seni
sastra.
berbeda halnya dengan Renne
Wellek memberi definisi karya sastra sebagai objek estetik ciptaan manusia yang
imajinatif.
Menurut penulis karya satra
hanya sebagai gambaran pengalaman jiwa sedang menurut renne wellek dalam karya
sastra dalam penciptaan karya sastra adanya sifat imajinatif, sifat imajinatif
menjadi sebuah ciri dari hakikat karya itu sendiri, baik dalam jenis karya
satra epik, tragedik, dan dramatik.
Dalam imajinatif terdapat sifat fictionaly (sifat mengkhayalkan), invention(penemuan atau penciptaan), dan
imajination (imajinasi).
2. Nilai karya sastra
2. Nilai karya sastra
Menurut penulis karya sastra disebut
bernilai apabila ia memiliki sifat estetik(indah).
Sedangkan menurut Benetto Crocce,
keindahan adalah ekspresi yang berhasil baik. Penulis dan benetto berpendapat
bahwa suatu kaya sastra dinyatakan bernilai, apabila karya tersebut memiliki
sifat estetik(indah).
Berbeda dengan kelompok penganut
formalisme, mereka menilai suatu karya sastra berdasarkan bentuk dan isi. Bagi
mereka penilaian terhadap bentuk menempati posisi sentral daripada penilaian
terhadap isi.
Dan menurut Herbert Read “seni
tidak perlu indah” keindahan bukan hanya satu-satunya unsur ynag terdapat dalam
sebuah karya sastra melainkan juga semua unsur yang dapat dirasakan oleh
pembaca.
3. Kriteria penilaian karya sastra
3. Kriteria penilaian karya sastra
Penulis membagi kriteria penilaian karya
sastra menjadi dua yaitu;
I.
Kriteria penilaian
estetik dan,
II.
Kriteria penilaian
ekstra-estetik.
Sama halnya dengan Renne
Wellek dan Austin Weren bahwa karya sastra adalah objek estetis,
yang mampu membangkitkan pengalaman estetis. Jadi, dapat dikatakan renne welek
dan Austin weren menggunakan kriteria penilaian estetik terhadap suatu karya
sastra.
Dan menurut Tjernisevki
bahwa karya sastra itu harus menggambarkan secara keseluruhan pengalaman batin
pengarang. Pendapat ini sama dengan pendapat penulis dalam kriteria ekstra
estetik.kriteria ekstra estetik adalah koridor penilaian yang melihat
keseluruhan potensi yang dimiliki oleh karya sastra. Kritikus harus melihat dan
merasakan pengalaman batin yang digambarkan dalam karya sastra pengarang.
Kemudian menurut Thomas
Aquinas yang dimaksud dengan estetis yang digunakan dalam kriteria
penilaian suatu karya sastra yaitu memiliki tiga syarat :
I.
Keutuhan atau
kesempurnaan
II.
Keselarasan bentuk atau
keseimbangan
III.
Sinar kejelasan
Sedangkan
Mahayana mengajukan enam kriteria penilaian yaitu:
I.
Kebaruan (inovasi) yaitu
pengarang menciptakan sesuatu yang baru atau belum ada sebelumnya.
II.
Kepaduan(koherensi)
yaitu dalam hal ini makna atau isi harus lebih diperhatikan.
III.
Kompleksitas
(kerumitan) yaitu karya sastra diyakini membawa pengalaman batin penulis atau
pengarang.
IV.
Originality (keaslian)
yaitu bahwa karya sastra itu tidak ada yang asli, namun dengan kejeniusan
pengarang dia akan mampu menghasilkan suatu karya yang benar-benar asli.
V.
Kematangan pengarang
yaitu kemampuan pengarang dalam menyelesaikan masalahnya atau sebaliknya.
VI.
Kedalaman makna.
0 komentar:
Post a Comment